Minta Bantuan AI, Microsoft Temukan Bahan Pengganti Litium-Ion

Foto untuk : Minta Bantuan AI, Microsoft Temukan Bahan Pengganti Litium-Ion

CUPERTINO - Microsoft, berkolaborasi dengan Laboratorium Nasional Pacific Northwest Departemen Energi dan dibantu artificial intelligence (AI) berhasil menemukan bahan alternatif pengganti litium-ion. Temuan ini diklaim dapat mengurangi ketergantungan dunia akan litium-ion dalam memproduksi baterai.

Seperti diketahui, baterai litium-ion sendiri mengandalkan litium dan logam tanah sebagai bahan bakunya. Meskipun bahan tersebut menawarkan sumber energi yang efisien dengan siklus hidup yang lebih lama, nyatanya mereka dapat menimbulkan masalah dan sulit di daur ulang.

Microsoft dan Laboratorium Nasional Pacific Northwest Departemen Energi memanfaatkan AI dan platform cloud Azure Quantum Elements, untuk mempercepat proses penelitian yang memakan waktu terhadap material yang tidak ditemukan di alam.

Dah akhirnya mereka berhasil menemukan bahan baru tersebut. Sebagaimana dihimpun dari Techspot, Jumat (12/1/2024), dalam menghasilkan temuan, Microsoft melatih model AI menggunakan jutaan titik data dari simulasi, sehingga menghasilkan prediksi properti material 1.500 kali lebih cepat dibandingkan dengan penghitungan teori fungsional kepadatan tradisional. Proses seleksi dimulai dengan 32,6 juta kandidat material dan algoritma AI yang mengidentifikasi 500.000 material yang diprediksi stabil.

Setelah menyaring properti fungsional, kelompok tersebut selanjutnya dipersempit menjadi 800 kandidat potensial. Memanfaatkan simulasi "yang dipercepat AI" untuk mengeksplorasi sifat dinamis seperti difusivitas ionik, tim Microsoft Quantum mempersempit pilihan menjadi 150 material. Dengan sinergi AI, platform Azure Quantum Elements, dan keahlian ilmiah yang mapan, Microsoft mengklaim bahwa teknologi modern dapat menyingkat inovasi ilmu kimia dan material dalam 250 tahun ke depan menjadi 25 tahun mendatang. Pertimbangan praktis, termasuk kebaruan, mekanika, dan ketersediaan elemen, kemudian diperhitungkan untuk mengidentifikasi 18 kandidat teratas.

Memanfaatkan keahlian dan wawasan untuk parameter penyaringan tambahan, peneliti Microsoft menunjuk kandidat terakhir, yakni bahan elektrolit yang menggunakan litium sekitar 70 persen lebih sedikit dibandingkan baterai li-ion yang ada, menggantikan sebagian litium dengan natrium. Bahan baru ini lantas disintesis oleh Laboratorium Nasional Pacific Northwest Departemen Energi, dan pengujian tambahan direncanakan untuk memverifikasi stabilitas dan efisiensinya. Brian Abrahamson, chief digital officer di Laboratorium Nasional Pacific Northwest Departemen Energi, mengatakan pengembangan baterai baru merupakan tantangan global yang penting. Abrahamson menyatakan bahwa mensintesis dan menguji bahan pada skala manusia adalah proses yang memakan banyak tenaga dan pada dasarnya sangat terbatas.

Dengan sinergi AI, platform Azure Quantum Elements, dan keahlian ilmiah yang mapan, Microsoft mengklaim bahwa teknologi modern dapat menyingkat inovasi ilmu kimia dan material secara lebih efisien. AI akan merevolusi setiap industri, membuka era baru penemuan ilmiah.

Sumber : Klik Disini